WASPADA GEJALA BRAIN ROT

Informasi Umum

Jakarta,   pussansiad.tniad.mil.id,  Brainrot atau (pembusukan otak) adalah istilah gaul yang digunakan untuk mendeskripsikan konten internet dengan kualitas atau nilai yang rendah, dan berdampak negatif baik secara psikologis, kognitif dan lain sebagainya. Sebagai pendeskripsi psikologis, brain rot menggambarkan perihal mengenai penggunaan teknologi secara berlebihan, seperti menghabiskan banyak waktu di dunis maya, yang dapat mengakibatkan letargi, oikiran berkabut, kemerosotan fungsi kognitif, dan berkurangnya rentang perhatian pada seseorang.

Mengutip studi yang dipublikasikan Journal of Behavioral Addictions, terdapat beberapa dampak negatif dari penggunaan teknologi digital yang berlebihan hingga menjadi candu. Diantranya:

  1. kecanduan teknologi digital menyebabkan penurunan kemampuan literasi. Survei di Amerika Serikat menunjukkan 27 persen siswa sekolah menengah tidak dapat membaca dengan baik karena terlalu banyak menggunakan teknologi dan media sosial.
  2. kecanduan media sosial dapat menimbulkan kesulitan berinteraksi di dalam ruang-ruang sosial. Hal ini sesuai dengan studi di Inggris, misalnya, yang menemukan bahwa 60 persen remaja mengalami kesulitan berinteraksi sosial karena terlalu banyak menggunakan media sosial. Mereka kesulitan berinteraksi di dunia nyata yang tidak selayaknya berinteraksi di dunia maya.
  3. Generasi Z dan generasi milenial merupakan generasi yang sangat terpengaruh oleh kemajuan teknologi informasi dan media sosial. Meskipun kemajuan ini memberikan begitu banyak manfaat, tetapi kebiasaan menggunakan teknologi secara berlebihan ternyata dapat menyebabkan efek negatif pada perkembangan otak manusia. Terutama gangguan otak berupa penurunan kecerdasan yang disebut brain rot.

Mengutip laman Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, gejala brain rot dapat berupa kesulitan berkonsentrasi dan memperhatikan detail, mengalami kesulitan dalam mengingat dan memahami informasi, sulit berpikir kritis dan mengambil keputusan, mengalami stres dan kecemasan, serta terlalu ketergantungan kepada teknologi (kecanduan).

Penyebab brain rot saling berhubungan antara satu penyebab dengan penyebab lainnya. Misalnya, penggunaan teknologi berlebihan dengan kurangnya aktivitas fisik dan olahraga.

Di sisi lain terjadi pola makan yang tidak seimbang pada individu. Kurangnya tidur dan istirahat serta adanya stres dan tekanan kerja yang tinggi juga turut menyebabkan terjadinya fenomena ini.

Brain rot merupakan ancaman serius bagi generasi Z dan generasi milenial jika tidak diantisipasi dengan baik. Dengan memahami gejala, penyebab, dan cara mencegahnya, kita berharap dapat menjaga kesehatan otak dan meningkatkan kemampuan kognitif atau kecerdasan kita. Mari kita waspada dan mengambil langkah-langkah antisipatif sebagai ikhtiar pencegahan.

Melihat beberapa penyebab di atas, cara mencegah penurunan kinerja otak dapat dilakukan dengan mulai membatasi penggunaan teknologi, melakukan aktivitas fisik dan olahraga secara teratur, mengatur pola makan dengan menu makanan yang seimbang, memperhatikan agar tidur dan istirahat yang cukup, dan terakhir, harus lebih sering melakukan praktik relaksasi dan meditasi untuk mereduksi tingkat stres yang tinggi.

Menyingkap dan mengantisipasi dampak buruk dari gejala ini, maka pentingnya mengembalikan kecerdasan eksistensial manusia dengan budaya membaca. Kecerdasan ini, bisa dibangun dengan sangat baik lewat budaya membaca buku dan ditambah aktivitas diskusi, karena kegiatan ini telah dapat melahirkan tendensi post-digital.

Cerdas tidak hanya soal matematis, tetapi juga soal empiris-etis. Anak yang cerdas bukan hanya digambarkan dengan angka-angka kuantitatif, tetapi juga dapat dituangkan dalam bentuk kata-kata yang bersifat kualitatif dan bernilai. Inilah hakikat yang disebut kecerdasan autentik.